A. Wacana lisan
Menurut Henry
Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang
disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Menurut Mulyana (2005:52) wacana
lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau
langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan
(speech) atau ujaran (utterance).
Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa kali pertama lahir
melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer,
dan sebenarnya adalah wacana lisan. Kajian yang sungguh-sungguh terhadap wacana
pun seharusnya menjadikan wacana lisan sebagai sasaran penelitian yang paling
utama. Tentunya, dalam posisi ini wacana tulis dianggap sebagai bentuk turunan
(duplikasi) semata.
Wacana lisan memiliki
kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya
ialah:
1. Bersifat alami
(natural) dan langsung.
2. Mengandung
unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi).
3. Memiliki sifat
suprasentensial (di atas struktur kalimat).
4. Berlatar
belakang konteks situasional.
Menurut Henry Guntur
Tarigan (1987:122) wacana lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu dan
situasi yang nyata. Oleh sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan terdapat
kaidah-kaidah atau aturan-aturan mengenai siapa yang berbicara (kepada siapa)
apabila (waktunya). Dengan perkataan lain, dalam wacana lisan, kita harus
mengetahui dengan pasti:
1. Siapa yang
berbicara
2. Kepada siapa
3. Apabila; pada
saat yang nyata
Sebagai pegangan dalam
pembicaraan selanjutnya dalam buku kecil ini, maka yang dimaksud dengan wacana
lisan adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau
klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai
awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan.
Disamping terdapat
banyak persamaan, terdapat juga sejumlah perbedaan antara wacana tulis dan
wacana lisan. Perbedaan itu dapat pula kita anggap sebagai ciri masing-masing.
Dalam uraian berikut ini akan kita bicarakan beberapa hal yang merupakan ciri
atau unsur khas wacana lisan, antara lain:
1. Aneka tindak
2. Aneka gerak
3. Aneka
pertukaran
4. Aneka
transaksi
5. Peranan
kinesik
B. Wacana fiksi dan non fiksi
a. Wacana fiksi
Wacana
fiksi adalah karangan yang di dalamnya terdapat unsur khayal atau imajinasi
pengarang (Aceng Hasani, 2005: 21). Maksud dari pernyataan tersebut adalah
bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan fiksi apabila
didalamnya merupakan hasil dari imajinasi atau khayalan si pengarang, baik dari
segi kejadian, tokoh, latar, serta unsur-unsur lainnya.
Altenbernd
dan Lewis dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan
Nurgiyantoro (2007: 2-3), juga mendefinisikan karangan fiksi sebagai
prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan
antarmanusia. Maksud dari pernyataan tersebut adalah karangan fiksi
merupakan hasil imajinasi pengarang yang bisa diterima oleh masyarakat umum.
Secara tidak disengaja, karangan fiksi juga dapat saja terjadi dalam kehidupan
nyata. Seperti terjadinya kesamaan cerita, tokoh maupun tempat kejadian. Bahkan
si pengarang lebih sering mengangkat sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi
dalam kehidupan nyata. Akan tetapi, semua itu sengaja dilebih-lebihkan oleh si
pengarang agar lebih menarik dan banyak diminati oleh masyarakat umum.
Di
lain pihak, Sudjiman (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah
cerita rekaan juga memaparkan mengenai pengertian fiksi, yaitu kisahan yang
mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau
imajinasi, dalam ragam prosa. Dalam hal ini, Sudjiman menjelaskan bahwa
karangan fiksi merupakan hasil imajinasi seorang pengarang yang didalamnya
mengandung unsur-unsur seperti tokoh, alur, dan lainnya. Unsur-unsur tersebut
saling berkesinambungan agar terjadinya sebuah cerita.
Dilihat
dari ketiga pandangan di atas, terdapat kesamaan mengenai pengertian karangan
fiksi yang telah dipaparkan oleh Aceng Hasani dan Sudjiman, bahwa karangan
fiksi merupakan hasil imajinasi. Karangan fiksi yang telah dipaparkan oleh
Aceng Hasani dan Sudjiman berbeda dengan Altenbernd dan Lewis. Altenbend dan
Lewis mendefinisikan karangan fiksi tidak hanya sebagai hasil imajinasi saja
tetapi juga cerita tersebut dapat saja terjadi dalam kehidupan nyata yang
dilebih-lebihkan oleh si pengarang.
Dari
ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karangan fiksi merupakan hasil
imajinasi pengarang yang dituangkan menjadi sebuah cerita. Cerita tersebut bisa
saja secara tidak sengaja terjadi di kehidupan nyata, tetapi dilebih-lebihkan
oleh pengarang untuk memancing daya khayal dan daya tarik pembaca. Bahkan tidak
jarang kita menemukan sebuah cerita fiksi yang benar-benar bersifat imajinasi
dan tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia, misalnya pada novel Harry
Potter, Lord of the Ring, dan lain-lain. Karangan fiksi juga
menghubungkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri
sendiri, lingkungan, maupun interaksinya dengan Tuhan. Selain itu, karangan
fiksi bertujuan untuk menghibur para pembaca yang haus akan cerita kehidupan.
Jenis-jenis
karangan fiksi di antaranya adalah roman, novel, cerita pendek, cerbung (cerita
bersambung), novelet, dan puisi. Roman berisi paparan cerita yang panjang yang
terdiri dari beberapa bab yang saling berhubungan. Sama halnya pada roman,
novel adalah cerita berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia.
Bedanya, novel lebih sederhana dan lebih singkat daripada roman. Novel
menceritakan kejadian luar biasa yang melahirkan konflik yang pada akhirnya
melahirkan perubahan nasib para pelakunya dengan uraian-uraian yang sederhana.
Cerita pendek merupakan kisah mengenai kehidupan manusia yang memiliki konflik.
Akan tetapi, cerita pendek memiliki alur dan tokoh yang lebih sedikit
dibandingkan novel dan roman. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan
sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia
imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya, seperti peristiwa,
plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya juga
bersifat imajinatif. Puisi adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan hidup
seorang penyair yang memandang suatu peristiwa alam dengan ketajaman
perasaannya. Karangan fiksi dapat diterbitkan melalui majalah, tabloid, koran
maupun berbentuk buku.
Unsur-Unsur
Fiksi, anatara lain:
a. Intrinsik
Unsur
intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca
karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel berwujud, atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut
pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca
sebuah novel. Unsur yang dimaksud diantaranya adalah tema, tokoh, penokohan,
alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat, dan lain-lain.
b. Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
karya sastra. Unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur
yang dimaksud (Wellek & Warren, 1956:75-135) antara lain adalah keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur
ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang (yang
mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip
psikologi dalam karya.
Macam-Macam
Karangan Fiksi
a. Dongeng
Suatu kisah yang
diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan
hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi
dengan mahluk lainnya.
b. Cerpen
Suatu bentuk naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi yang lebih panjang.
c. Novel
Sebuah karya fiksi prosa
yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.
d. Drama
Suatu bentuk karya
sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
e. Roman
Sejenis karya sastra
dalam bentuk prosa yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan
isi jiwa masing-masing.
Contoh Karangan
Fiksi Cerpen “Albasri dan Gadis Kecil”
“Ayah,
bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa
pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam
siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa
yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu,
siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa
yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari
sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang
melakukannya untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin
malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam,
ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan
wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut
penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin
aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah?
kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa
yang memasakkanmu?”
b.Non fiksi
Non fiksi adalah sebuah
tulisan atau karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata. Atau, cerita
kehidupan kamu sehari-hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Untuk itu
bagaimana menulis yang baik dan benar dalam membuat cerita nyata atau yang disebut
cerita non fiksi. Cerita non fiksi ini adalah sebuah tulisan atau
karangan yang menceritakan kisah nyata tentang kehidupan kamu atau juga orang
lain. Bisa juga cerita sungguhan dalam kehidupan sehari-hari yang pernah kamu
alami.
Tulisan-tulisan
yang isinya bukan fiktif, bukan hasil imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan
kata lain, Non Fiksi adalah karya seni yang bersifat faktual. Hal-hal yang
terkandung di dalamnya adalah nyata, benar-benar ada dalam kehidupan kita.
Jadi, kamu harus tahu sekarang, bahwa jenis-jenis
karya seni berikut ini
merupakan karya nonfiksi. Contohnya: Artikel,
opini, resensi buku, karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tulisan yang
berisi pengalaman pribadi si penulisnya. Maka perbedaan antara
fiksi dengan nonfiksi sebenarnya hanya terletak pada masalah faktual atau
tidak, imajiner atau tidak. Perbedaan antara keduanya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan gaya bahasa atau apapun selain masalah fakta atau khayalan. Dengan
demikian, bisa saja tulisan nonfiksi menggunakan gaya bahasa yang mempunyai
nilai sastra.
0 komentar:
Posting Komentar