BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 15 Mei 2013

Wacana

A.  Wacana lisan
 Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Menurut Mulyana (2005:52) wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance).
 Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa kali pertama lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Kajian yang sungguh-sungguh terhadap wacana pun seharusnya menjadikan wacana lisan sebagai sasaran penelitian yang paling utama. Tentunya, dalam posisi ini wacana tulis dianggap sebagai bentuk turunan (duplikasi) semata.
Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya ialah:
1.      Bersifat alami (natural) dan langsung.
2.      Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi).
3.      Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat).
4.      Berlatar belakang konteks situasional.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:122) wacana lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu dan situasi yang nyata. Oleh sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan terdapat kaidah-kaidah atau aturan-aturan mengenai siapa yang berbicara (kepada siapa) apabila (waktunya). Dengan perkataan lain, dalam wacana lisan, kita harus mengetahui dengan pasti:
1.      Siapa yang berbicara
2.      Kepada siapa
3.      Apabila; pada saat yang nyata
Sebagai pegangan dalam pembicaraan selanjutnya dalam buku kecil ini, maka yang dimaksud dengan wacana lisan adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan.
Disamping terdapat banyak persamaan, terdapat juga sejumlah perbedaan antara wacana tulis dan wacana lisan. Perbedaan itu dapat pula kita anggap sebagai ciri masing-masing. Dalam uraian berikut ini akan kita bicarakan beberapa hal yang merupakan ciri atau unsur khas wacana lisan, antara lain:
1.      Aneka tindak
2.      Aneka gerak
3.      Aneka pertukaran
4.      Aneka transaksi
5.      Peranan kinesik
B. Wacana fiksi dan non fiksi
a. Wacana fiksi
Wacana fiksi adalah karangan yang di dalamnya terdapat unsur khayal atau imajinasi pengarang (Aceng Hasani, 2005: 21). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan fiksi apabila didalamnya merupakan hasil dari imajinasi atau khayalan si pengarang, baik dari segi kejadian, tokoh, latar, serta unsur-unsur lainnya.
Altenbernd dan Lewis dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro (2007: 2-3), juga mendefinisikan karangan fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.  Maksud dari pernyataan tersebut adalah karangan fiksi merupakan hasil imajinasi pengarang yang bisa diterima oleh masyarakat umum. Secara tidak disengaja, karangan fiksi juga dapat saja terjadi dalam kehidupan nyata. Seperti terjadinya kesamaan cerita, tokoh maupun tempat kejadian. Bahkan si pengarang lebih sering mengangkat sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Akan tetapi, semua itu sengaja dilebih-lebihkan oleh si pengarang agar lebih menarik dan banyak diminati oleh masyarakat umum.
Di lain pihak, Sudjiman (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah cerita rekaan juga memaparkan mengenai pengertian fiksi, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa. Dalam hal ini, Sudjiman menjelaskan bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi seorang pengarang yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti tokoh, alur, dan lainnya. Unsur-unsur tersebut saling berkesinambungan agar terjadinya sebuah cerita.
Dilihat dari ketiga pandangan di atas, terdapat kesamaan mengenai pengertian karangan fiksi yang telah dipaparkan oleh Aceng Hasani dan Sudjiman, bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi. Karangan fiksi yang telah dipaparkan oleh Aceng Hasani dan Sudjiman berbeda dengan Altenbernd dan Lewis. Altenbend dan Lewis mendefinisikan karangan fiksi tidak hanya sebagai hasil imajinasi saja tetapi juga cerita tersebut dapat saja terjadi dalam kehidupan nyata yang dilebih-lebihkan oleh si pengarang.
Dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi pengarang yang dituangkan menjadi sebuah cerita. Cerita tersebut bisa saja secara tidak sengaja terjadi di kehidupan nyata, tetapi dilebih-lebihkan oleh pengarang untuk memancing daya khayal dan daya tarik pembaca. Bahkan tidak jarang kita menemukan sebuah cerita fiksi yang benar-benar bersifat imajinasi dan tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia, misalnya pada novel Harry PotterLord of the Ring, dan lain-lain. Karangan fiksi juga menghubungkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, maupun interaksinya dengan Tuhan. Selain itu, karangan fiksi bertujuan untuk menghibur para pembaca yang haus akan cerita kehidupan.
Jenis-jenis karangan fiksi di antaranya adalah roman, novel, cerita pendek, cerbung (cerita bersambung), novelet, dan puisi. Roman berisi paparan cerita yang panjang yang terdiri dari beberapa bab yang saling berhubungan. Sama halnya pada roman, novel adalah cerita berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia. Bedanya, novel lebih sederhana dan lebih singkat daripada roman. Novel menceritakan kejadian luar biasa yang melahirkan konflik yang pada akhirnya melahirkan perubahan nasib para pelakunya dengan uraian-uraian yang sederhana. Cerita pendek merupakan kisah mengenai kehidupan manusia yang memiliki konflik. Akan tetapi, cerita pendek memiliki alur dan tokoh yang lebih sedikit dibandingkan novel dan roman. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya juga bersifat imajinatif. Puisi adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang suatu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Karangan fiksi dapat diterbitkan melalui majalah, tabloid, koran maupun berbentuk buku.

Unsur-Unsur Fiksi, anatara lain:

a.       Intrinsik
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud, atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud diantaranya adalah tema, tokoh, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat, dan lain-lain.

b.      Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem karya sastra. Unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek & Warren, 1956:75-135) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya.

Macam-Macam Karangan Fiksi
a.       Dongeng
Suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.
b.      Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
c.       Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.
d.      Drama
Suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
e.       Roman
Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

Contoh  Karangan Fiksi Cerpen “Albasri dan Gadis Kecil”
“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”

“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”
b.Non fiksi
Non fiksi adalah sebuah tulisan atau karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata. Atau, cerita kehidupan kamu sehari-hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Untuk itu bagaimana menulis yang baik dan benar dalam membuat cerita nyata atau yang disebut cerita non fiksi. Cerita non fiksi ini adalah sebuah tulisan atau karangan yang menceritakan kisah nyata tentang kehidupan kamu atau juga orang lain. Bisa juga cerita sungguhan dalam kehidupan sehari-hari yang pernah kamu alami. Tulisan-tulisan yang isinya bukan fiktif, bukan hasil imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan kata lain, Non Fiksi adalah karya seni yang bersifat faktual. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah nyata, benar-benar ada dalam kehidupan kita.
Jadi, kamu harus tahu sekarang, bahwa jenis-jenis karya seni berikut ini
merupakan karya nonfiksi. Contohnya: Artikel, opini, resensi buku, karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tulisan yang berisi pengalaman pribadi si penulisnya. Maka perbedaan antara fiksi dengan nonfiksi sebenarnya hanya terletak pada masalah faktual atau tidak, imajiner atau tidak. Perbedaan antara keduanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan gaya bahasa atau apapun selain masalah fakta atau khayalan. Dengan demikian, bisa saja tulisan nonfiksi menggunakan gaya bahasa yang mempunyai nilai sastra.

0 komentar: